Tambahrejo - Pandemi Covid-19 telah nyata mengancam perekonomian nasional bahkan dunia. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan oleh penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan-Tiongkok ini.

Dibidang perekonomian, pemerintah telah menggelontorkan program-program bantuan stimulus Covid-19 untuk menjaga daya  beli dan kelangsungan perekonomian nasional, khususnya masyarakat ekonomi menengah kebawah.

Disisi lain, masyarakat tentu tidak bisa menggantungkan diri pada bantuan pemerintah. Banyak potensi yang bisa dijadikan solusi untuk membendung dampak Covid-19 dibidang ekonomi.

Jimpitan berasal dari bahasa Jawa “jimpit/jumput” , artinya mengambil suatu benda (kecil) dalam jumlah sedikit menggunakan ujung jari. Tradisi jimpitan merupakan sumbangan sukarela dari warga yang diambil dari rumah kerumah.

Dalam kehidupan masyarakat di pulau Jawa khususnya pedesaan, tentu tidak asing dengan istilah “jimpitan”. Meskipun tradisi tersebut tidak populer akhir-akhir ini, namun dinilai mempunyai potensi peningkatan kemandirian ekonomi sekaligus pemberdayaan masyarakat secara gotong-royong.

Pada level teknis, masyarakat jaman dahulu menggunakan beras untuk disumbangkan dengan menaruhnya di tempat atau wadah khusus yang dipasang di dinding depan rumah. Namun seiring perkembangan jaman dan dinilai kurang efektif/efisien penggunaan beras diganti dengan sejumlah uang secara sukarela. Sumbangan tersebut dikumpulkan oleh petugas khusus yang ditunjuk melalui musyawarah untuk mengelola.

Di Desa Tambahrejo, tradisi jimpitan dilakukan oleh RISMA Se Tambahrejo dan sudah mulai digalakkan kembali. Pada umumnya jimpitan dilakukan dalam batasan wilayah rukun tetangga (RT).

Hasil uang jimpitan warga akan dibagikan ke anak – anak yatim. Bapak Supriyadi selaku Kepala Pekon Tambahrejo mengatakan “ agar kegiatan seperti ini terus berlanjut dan mohon bantuan dan partisipasinya dari semua pihak serta dorongan untuk kegiatan yang sangat positif ini”.